Belajar tidak selalu menjadi kegiatan yang menyenangkan. Kadang-kadang, belajar menjadi sesuatu yang membosankan atau berat untuk dilakukan. Ada saatnya ketika anak-anak bahkan kita sendiri merasa kesulitan selama berjam-jam lamanya untuk menerima informasi baru atau mempelajari suatu keterampilan yang baru.

Ada pula suatu ketika di mana pikiran kita berkata, "Saya tidak bisa melakukan ini. Ini sangat susah!", lalu kita mulai merasa cemas, frustasi dan merasa kurang berbakat atau kurang pintar. Namun, percayalah bahwa semua orang pernah merasakan hal yang serupa. 

Pada kasus ini, keterampilan dan ketekunan seorang guru sangatlah diperlukan. Guru harus dengan tekun mendidik murid-muridnya agar mereka mencintai proses belajar itu sendiri dan meyakinkan muridnya bahwa tiap-tiap mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang mereka dapatkan. Seorang guru harus meyakinkan dirinya sendiri serta muridnya bahwa tantangan demi tantangan yang dirasakan oleh muridnya tersebut akan membuat mereka menjadi lebih kuat, lebih pandai dan akan lebih nyaman dalam proses belajar ke depannya. 

Seperti saat kita kecil dahulu, kita mendapatkan tugas untuk menghafalkan perkalian dari 1 sampai 10, ditambah lagi dengan berbagai tugas rumah pelajaran lainnya yang harus di selesaikan dalam waktu yang bersamaan. Kita tahu bahwa menjalani berbagai kesulitan ataupun tantangan dalam proses belajar itu sebenarnya memang tidak mudah bagi anak-anak. Namun, kebanggan dan kebahagiaan yang akan dirasakan ketika tantangan tersebut diselesaikan dan mendapatkan manfaat ilmu pengetahuan yang baru dari proses belajarnya.

Pelajaran seperti matematika, ilmu sains, sejarah, dan pelajaran menulis memang pelajaran yang penting untuk diajarkan. Namun, kita juga harus mengingat bahwa dalam proses belajar setiap anak mempunyai cara ataupun ciri-ciri tersendiri untuk menerima, mengolah dan memahami ilmu yang diajarkan serta memiliki batasan-batasan dalam proses belajarnya. Ada anak-anak yang lebih mudah jika belajar menggunakan gambar atau video, ada anak yang lebih senang mendengarkan gurunya menjelaskan, atau ada pula anak yang dapat mengerti hanya dengan membaca saja. Setiap anak memiliki keunikan masing-masing dan seorang guru harus bisa mengerti dan mencoba untuk memfasilitasi kebutuhan murid-muridnya.

Ketika belajar terasa tidak menyenangkan, kita bisa mencoba untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada anak. Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memberikan dorongan dan motivasi agar mereka kembali belajar dengan gembira adalah sebagai berikut:

  1. Ceritakan tentang perjuangan kita dalam belajar saat kita masih seusia mereka dulu. Ceritakan perasaan kita pada saat itu, misalnya pengalaman kita saat kesulitan menghafal perkalian atau pembagian. Lalu, jangan lupa menceritakan solusi untuk permasalah tersebut dan ceritakan perasaan kita ketika kita telah berhasil melewati kesulitan tantangan tersebut.
  2. Berikan kesempatan pada anak-anak untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Dengan cara itu, guru dapat mengidentifikasi penyebab dari kesulitan yang mereka alami. Untuk anak yang lebih dewasa, kita dapat menggunakan teknik diskusi untuk mencari masalah dan solusi masalahnya bersama-sama.
  3. Tempelkan beberapa poster dengan warna-warni dan gambar menarik di dalam kelas atau ruangan belajar anak dengan berbagai kalimat yang mudah dipahami dan bermakna, misalnya "Rajin Pangkai Pandai", "Belajarlah agar cita-citamu tercapai," atau "Bila kamu tidak tahan lelahnya belajar maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan." (-Imam Syafi'i)
  4. Untuk anak yang lebih dewasa atau usia remaja, kita bisa mencoba memberikan beberapa buku bacaan inspiratif tentang orang-orang sukses yang dulunya pernah mengalami berbagai kegagalan. 
  5. Terakhir, tetap berikan dorongan dan semangat pada anak agar mereka tetap berusaha meskipun mereka pernah merasa kecewa atas kegagalan yang pernah dilaluinya. Kita bisa membantu dengan memberikan fasilitas yang lain atau menggunakan metode mengajar yang lain agar anak-anak mendapatkan suasana belajar yang baru dan menjadi lebih bersemangat untuk mencoba kembali.
Selain itu, seorang guru harus dengan sabar dan dengan penuh kasih sayang membimbing 'perjuangan' murid-muridnya. Jangan pernah membiarkan murid kita meyakini bahwa kegagalan adalah akhir dari perjuangannya. Yakinkan murid kita bahwa setiap kegagalan yang pernah mereka lalui akan menjadi pengalaman berharga dan mereka dapat mencoba kembali dari awal. Percayalah bahwa setiap murid yang kita ajarkan akan menjadi orang-orang hebat di masa mendatang. Dan tetaplah mengajarkan dan mendidik anak-anak dengan cara yang menyenangkan dan penuh kasih sayang. (SM)





Source by: Michael Connolly, Teaching Kids to Love Learning, Not Just Endure It
Picture from: http://fobidik.deviantart.com/art/He-must-Study-Hard-151100813


Minggu, 25 Januari 2015

Hari ini adalah pertemuan ketiga relawan Rumput Liar dengan adik-adik Desa Blang Krueng. Alhamdulillah adik-adik yang datang hari ini jauh lebih banyak dari dua pertemuan sebelumnya. 

Pertemuan hari ketiga ini, khususnya pada adik-adik kelas A yang terdiri dari TK dan kelas 1-2 SD, diberikan materi Bahasa Inggris. Mereka diajarkan cara menyebutkan angka 1 sampai 10 dalam Bahasa Inggris dan beberapa kosa kata sederhana seperti flower, car, dan kata-kata lainnya yang mudah untuk diingat. Adik-adik kelas A pun mencatat apa yang dikatakan oleh Kakak relawan yang bertanggung jawab untuk kelas A pada hari ini. 

Sementara untuk kelas B yang terdiri dari anak kelas 3-4 SD membahas seputar Indonesia, khususnya tentang kepulauan Indonesia dan nama-nama provinsi yang ada di Indonesia. Kami memberikan materi selama setengah jam, membiarkan anak-anak mencatat nama-nama provinsi di Indonesia ke dalam buku catatan masing-masing, lalu melakukan tanya jawab secara lisan yang membuat anak-anak besorak-sorak gembira saat menjawab pertanyaan. 

"Ayo, coba sebutkan ada berapa pulau di Indonesia?" Tanya kakak relawan pada adik-adik kelas 3-4.
"Ada 5 Kak!" Jawab mereka bersemangat dan penuh antusias.
"Coba sebutkan!" minta kakak relawan.
"Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Papua!"
"Kalau begitu, berapakah jumlah provinsi yang ada di Indonesia!" pertanyaan selanjutnya.

Beberapa anak menjawab asal; 5, 12, bahkan ada yang menjawab 100 provinsi dan diikuti gelak tawa para relawan dan anak-anak lainnya.
"Negara Indonesia itu memiliki 34 provinsi."

Lalu, mulailah penjelasan berikutnya mengenai provinsi-provinsi di Indonesia yang dimulai dari provinsi Aceh, Sumatera Utara, Jakarta, Jambi, Yogyakarta, sampai ke Papua. Kami meminta anak-anak untuk menyebutkan kembali apa-apa saja yang sudah mereka salin ke dalam buku catatan mereka secara bersama-sama. Setelah dirasakan tidak ada yang tertinggal maka kakak relawan yang bertanggung jawab pada hari itu melakukan sedikit permainan puzzle pada adik-adik kelas 3-4. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang saja. Lalu, kami membagikan peta Indonesia lengkap dengan nama-nama provinsinya yang sudah kami potong-potong hingga berbentuk seperti potongan permainan puzzle. Masing-masing kelompok diberikan potongan puzzle yang sama dan diberikan waktu sepuluh menit untuk menyusun potongan puzzle Pulau Indonesia.

Kelompok pertama siap dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Disusul kelompok kedua dan ketiga yang agak sedikit terlambat. Namun, semua anak ikut terlibat dan aktif dalam kelompoknya masing-masing. Pada permainan seperti ini diharapkan agar mereka mampu belajar bekerja sama dalam sebuah tim, mendengarkan pendapat teman-teman di kelompoknya, dan belajar untuk bersabar menerima kekalahan. 

Puzzle Kepulauan Indonesia sudah rapi dan tertata sesuai dengan yang ada di peta. Selanjutnya, kelompok diberikan potongan huruf-huruf dari nama provinsi di Indonesia dan mereka harus menyusun potongan huruf-huruf tersebut hingga menjadi nama yang sesuai. Anak-anak terdengar bergembira dan sedikit gaduh saat mengeja nama provinsi. Ada pula kelompok yang kesusahan karena kekurangan huruf 'J' untuk menuliskan provinsi Jakarta, Ibu kotanya Indonesia. 

Untuk kelas 5-6 diajarkan tentang nama-nama ibukota dari berbagai negara di dunia, pula dijelaskan beberapan keunikan atau ciri khas dari masing-masing negara yang mereka sebutkan. Dan seperti kelas A dan B, kelas C pun diberikan permainan yaitu tebak-tebakan nama ibu kota negara dan bermain tebak-tebakan nama binatang dalam bahasa Inggris. 

Alhamdulillah, pertemuan hari ini usai sudah. Seperti biasa, anak-anak diminta untuk duduk rapi dan membaca doa untuk mengakhiri pertemuan. Seusai berdoa, mereka diminta untuk duduk tenang dan kelas yang paling rapi akan dipersilahkan untuk berbaris dan menyalami semua kakak dan abang relawan yang bertugas hari ini. 

Satu per satu anak menyalami kami dan kami pesankan untuk kembali lagi di pertemuan selanjutnya. Langkah-langkah kecil itu semakin menjauhi gedung balai desa, namun ingatan kami semua tentang keluguan, kelucuan, dan kejujuran diri mereka selalu membekas di benak kami, para relawan. (SM)

Children learn best when they like their teacher and they think their teacher likes them. -Gordon Neufeld

Photo by Dony Prasetyo
Kutipan di atas sepertinya cukup membekas di benak seseorang yang pernah ataupun berprofesi sebagai pengajar. Tidak perlu disangkal bahwa menciptakan suasana yang menyenangkan saat mengajar di kelas merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi seorang pengajar. Begitu pula bagi para relawan dari Komunitas Rumput Liar, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk anak-anak di Desa Blang Krueng merupakan tantangan seru, dimana tanpa terciptanya suasana belajar yang menyenangkan anak-anak akan bosan dan kemungkinan terburuknya adalah malas untuk datang kembali dan belajar bersama setiap Hari Rabu dan Minggu.

Mari kita baca sekilas gambaran mengenai suasana kelas di Desa Blangkrueng pada Hari Rabu (4/3/15).
Matahari bersinar cukup terik pada pukul 14.30 WIB di daerah Desa Blangkrueng, Aceh, namun nyatanya tidak menyurutkan semangat adik-adik dan kakak-kakak relawan Rumput Liar untuk datang memenuhi sebuah ruang serba guna desa tersebut. Semua berkumpul dengan wajah yang antusias, tak sabar mendapatkan ilmu dari kakak-kakak relawan, mulai dari adik-adik yang masih duduk di bangku TK hingga yang sudah duduk di bangku kelas 6 SD. Pertanyaannya, bagaimanakah cara mengajari pelajaran matematika pada anak-anak dalam cuaca panas dan gerah?

Relawan Rumput Liar membagi adik-adik dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari TK, SD kelas 1-2, SD kelas 3-4, dan SD kelas 5-6. Dimana setiap kelompok kecil didampingi oleh dua orang relawan. Berbeda usia anak, tentu saja berbeda pula pola mengajarinya, di sinilah seorang pengajar harus memahami bagaimana pola pikir anak-anak, agar tidak membosankan, sistem belajar dibuat dengan cara bermain sambil berhitung. Untuk anak TK dan SD kelas 1-2 disediakan permainan dengan warna-warna menarik.

Untuk setiap kelompok belajar disediakan satu buah papan tulis dimana anak-anak bisa aktif bertanya-jawab dengan kakak pengajarnya, terutama bagi SD kelas 3-6 yang sudah pandai perkalian terlihat antusias dengan memborong sejumlah pertanyaan tentang perkalian dan pembagian. Tidak perlu terburu-buru dalam mengajari seorang anak, dalam kelas belajar Rumput Liar tidak ada yang harus dikejar, tidak ada sosok seorang guru yang harus ditakuti, sehingga anak-anak dengan riang dapat menyerap materi-materi yang diajarkan tanpa perlu takut memberikan jawaban yang keliru mengenai soal matematika yang diberikan.

Dan hal yang cukup penting untuk diterapkan dalam sebuah kelas belajar adalah bagaimana seorang pengajar bisa menunjukkan pada anak-anak bahwa ia senang saat mengajari anak-anak. Sebab ekspresi pengajar yang menunjukkan emosi kesal, bosan, bingung, terlebih lagi marah dapat terlihat jelas oleh anak dan memberikan efek yang buruk. Ciptakan suasana belajar penuh tawa sehingga mengurangi kejenuhan anak dan meningkatkan rasa penasarannya untuk memecahkan sebuah soal.
Jadi, bagaimana menciptakan suasana belajar matematika yang menyenangkan saat cuaca panas dan gerah?

Jangan segan-segan tersenyum, jangan perhitungan dalam berbagi tawa, dan jangan terlalu menghitung batas kesabaran. Karena bisa jadi sewaktu kecil dulu Anda adalah tipe anak yang sangat sulit diajak belajar. So keep calm and study smart! (NF)
Photo by Dony Prasetyo

Powered by Blogger.